Lompat ke isi

Efek Google

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Logo Google

Efek Google atau amnesia digital,[1] adalah kecenderungan untuk melupakan informasi yang dapat ditemukan dengan mudah secara daring menggunakan mesin pencari Internet. Menurut penelitian pertama tentang efek ini, orang cenderung tidak mengingat detail tertentu yang mereka yakini dapat diakses secara daring. Namun, penelitian ini juga mengklaim bahwa kemampuan orang untuk mempelajari informasi secara luring tetap sama dan tidak terpengaruh.[2] Efek ini juga dapat dilihat sebagai perubahan pada jenis informasi dan tingkat detail informasi yang dianggap penting untuk diingat.

Studi pertama mengenai fenomena ini pada tahun 2011 memperoleh tiga temuan utama. Pertama, orang berpikir untuk mencari di internet atau mengakses komputer ketika ditanya pertanyaan tentang pengetahuan umum, bahkan ketika mereka sudah mengetahui jawaban yang benar. Efek ini terutama muncul saat pertanyaan yang diajukan sulit dan jawabannya tidak diketahui. Kedua, orang cenderung tidak mengingat informasi jika mereka yakin akan tersedia untuk dicari nanti. Sebaliknya, instruksi untuk mengingat materi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya ingat. Terakhir, pada informasi yang disimpan di suatu media, seseorang biasanya lebih mengingat lokasi informasi itu berada daripada mengingat informasi itu sendiri. Selain itu, orang cenderung mengingat fakta atau lokasi di mana fakta itu berada, tetapi tidak keduanya; efek ini tetap ada bahkan ketika informasinya lebih mudah diingat daripada nama lokasinya.[3][4]

Sebuah studi pada tahun 2012 oleh Lav R. Varshney menyatakan bahwa efek Google juga dapat dilihat dalam tesis doktoral. Varshney mengklaim bahwa peningkatan longitudinal dalam jumlah referensi yang dikutip mencerminkan kecenderungan peningkatan ingatan tentang lokasi informasi yang relevan (yaitu makalah atau jurnal mana yang berisi informasi tersebut), alih-alih informasi itu sendiri.[5] Selain itu, penelitan juga menemukan bahwa informasi yang dipelajari melalui internet diingat kembali dengan kurang akurat dan kurang meyakinkan daripada informasi yang dipelajari melalui ensiklopedia luring. Selain itu, mereka yang mengingat informasi yang dipelajari melalui Internet menunjukkan penurunan aktivasi di beberapa wilayah otak, termasuk girus oksipital bilateral, girus temporal kiri, dan girus frontal tengah bilateral, dibandingkan dengan kelompok yang belajar dari ensiklopedia.[6]

Memori transaktif

[sunting | sunting sumber]

Sparrow dkk. awalnya menyatakan bahwa ketergantungan pada komputer adalah bentuk memori transaktif, karena orang berbagi informasi dengan mudah, melupakan apa yang mereka pikir akan tersedia nanti, dan mengingat lokasi informasi lebih baik daripada informasi itu sendiri. Mereka mengemukakan bahwa orang dan komputer mereka menjadi "sistem yang saling terhubung".[3]

Ketergantungan pada komputer telah menimbulkan kekhawatiran, terutama saat komputer mencegah seseorang memproses informasi dan menginternalisasikannya. Selain itu, orang tampak kurang yakin dalam mengingat informasi yang dipelajari melalui pencarian Internet. Sementara kemudahan pencarian Internet saat ini dapat meningkatkan motivasi untuk menggunakan Internet.[7]

Namun, beberapa peneliti mempertanyakan apakah efek Google adalah bentuk memori transaktif, beberapa peneliti berpendapat bahwa tidak ada transaksi yang terjadi antara orang dan komputer. Oleh karena itu, jaringan komputer dan Internet tidak dapat dipahami sebagai sistem kognitif terdistribusi. Sebaliknya, komputer hanyalah alat yang dieksploitasi untuk membantu memicu memori atau untuk dengan mudah mencari informasi. Tidak seperti dalam memori transaktif tradisional, informasi tidak hilang tanpa Internet, tetapi hanya lebih lambat dan lebih sulit ditemukan.[8][9]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Study: Most Americans suffer from 'Digital Amnesia'". WTOP-FM. July 1, 2015. Diakses tanggal November 11, 2015. 
  2. ^ Krieger, Lisa M. (July 16, 2011). "Google changing what we remember". San Jose Mercury News. Diakses tanggal November 12, 2015. 
  3. ^ a b Sparrow, B.; Liu, J.; Wegner, D. M. (August 5, 2011). "Google Effects on Memory: Cognitive Consequences of Having Information at Our Fingertips" (PDF). Science. 333 (6043): 776–778. Bibcode:2011Sci...333..776S. doi:10.1126/science.1207745. PMID 21764755. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal April 9, 2016. 
  4. ^ Olson, Curtis A. (2012-12-01). "Focused search and retrieval: The impact of technology on our brains". Journal of Continuing Education in the Health Professions (dalam bahasa Inggris). 32 (1): 1–3. doi:10.1002/chp.21117. PMID 22447705. 
  5. ^ Varshney, Lav R. (2012-02-10). "The Google effect in doctoral theses". Scientometrics (dalam bahasa Inggris). 92 (3): 785–793. doi:10.1007/s11192-012-0654-4. 
  6. ^ Dong, Guangheng; Potenza, Marc N. (2015-10-01). "Behavioural and brain responses related to Internet search and memory". European Journal of Neuroscience (dalam bahasa Inggris). 42 (8): 2546–2554. doi:10.1111/ejn.13039. PMID 26262779. 
  7. ^ Rowlands, Ian; Nicholas, David; Williams, Peter; Huntington, Paul; Fieldhouse, Maggie; Gunter, Barrie; Withey, Richard; Jamali, Hamid R.; Dobrowolski, Tom; Tenopir, Carol (2008). "The Google generation: the information behaviour of the researcher of the future". ASLIB Proceedings. 60 (4): 290–310. doi:10.1108/00012530810887953. 
  8. ^ Huebner, Bryce (2016-03-01). "Transactive Memory Reconstructed: Rethinking Wegner's Research Program". The Southern Journal of Philosophy (dalam bahasa Inggris). 54 (1): 48–69. doi:10.1111/sjp.12160. 
  9. ^ Huebner, Bryce (2013-12-01). "Socially embedded cognition". Cognitive Systems Research. Socially Extended Cognition. 25–26: 13–18. doi:10.1016/j.cogsys.2013.03.006. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]